Unicorn Wars: Ketika Care Bears diadu My little pony, sebuah film ptsd perang furry

Senin, 7 November 2022, 18:53 - 6 Menit, 10 Detik Membaca

Unicorn Wars: Ketika Care Bears diadu My little pony, sebuah film ptsd perang furry

KUTUBUKUKARTUN-Sebelum kita Menyaksikan Zootopia+ yang hadir Disney+ Pada 11 November, Kutu Buku Kartun menyorot sebuah film animasi furry yang berbeda dan sempat di putar pada Acara World Cinema Week 2022 oleh Klikfilm. Film ini di putar di bioskop Indonesia sekali pada Minggu 30 Oktober 2022 Tepat 2 hari memperingati hari animasi internasional dan sudah di presentasikan di Animation is film festival 2021 dan Festival film annecy 2022.

Hari animasi internasional adalah hari dimana kita harus mengapresiasikan animasi yang kita peduli, suka atau cintai tergantuk bentuk dan penyampaian atau medium yang di perlihatkan, bukan seperti tanggapan CEO Disney Bob chapek soal animasi hanya untuk media buat menidurkan anak anak sehingga orang tua boleh bebas tidur di tengah malam, tetapi Sutradara Guillermo Del toro bahwa animasi adalah bentuk apresiasi yang tinggi dan bisa di tanggapin semua orang (Animation is for everyone) bukan sebagai untuk anak anak saja. “Kami ingin menunjukkan bahwa animasi bukanlah genre untuk anak-anak, ini sebuah medium. Animasi adalah film. Animasi adalah seni. Dan itu bisa menceritakan kisah yang indah & kompleks.”

Kali ini kita akan membahas stigma bahwa animasi atau kartun bukanlah hanya untuk anak anak, tapi untuk segala umur baik itu remaja sampai dewasa hingga orang tua. Kita akan membahas Unicorn Wars, salah satu film animasi yang tampak luar karakternya adalah ras antromorfik beruang teddy bear imut ala care bears harus berperang suci demi hutan rindang kelahiran mereka oleh ras kuda kuda unicorn penuh magis ala my little pony yang menjaga hutan suci ini. Maka film ini adalah sebuah jawaban dan Ini bukanlah sebuah fan art dari kedua judul kartun:

Sinopsis:

Berkisah tentang dua tentara beruang teddy bersaudara, Azulin, yang mendambakan darah unicorn untuk menjadi cantik selamanya; dan Gordi, yang hanya ingin diterima dan disukai apa adanya.

Film ini diproduksi oleh Uniko dan Abano Producións di Spanyol dan dengan Autour de Minuit dan Schmuby-Borderline Films di Prancis. eksekutif diproduksi oleh Chelo Loureiro, Ivan Miñambres, dan Nicolas Schmerkin. Khris Cembe mengawasi arah animasi dengan Vázquez menangani arah artistik. Leire Acha adalah supervisor latar belakang, supervisor pencahayaan Martín Romero, dan supervisor komposisi Joseba Hernández. Animasi 2d diawasi oleh Elsa Boyer dan Chloé Roux, dengan animasi 3d diawasi oleh Léo Silly-Pelissier. Arkaitz del Río mengawasi tinta dan cat.

Film ini Berbeda dengan karya alberto sebelumnya Birdboy: The Forgotten Children yang sayangnya film ini belum masuk di indonesia tetapi pada tahun itu mendapatkan pujian dan penghargaan di festival animasi yang besar. yang menyorotkan tentang kisah kesendirian dan pencarian jauh tentang seekor anak buru yang di tinggalkan dalam kesepian dan kegelapan yang panjang menyelimuti dengan pengampunan dan balas dendam, dua tokoh ini adalah seekor anak beruang yang lahir ketika ayahnya cerai dan nikah lagi dengan ibu baru yang melahirkan anak berbeda warna dan kulit seperti ibunya ketimbang dirinya lebih ke ayahnya yang biru. ini juga menampilkan sarat warna yang gelap dan campuran abstrak yang menggambarkan seorang terkena ptsd pasca trauma perang.

FIlm ini awalnya berasal dari film animasi pendeknya yang di rilis 2014 dan memenangkan penghargaan Goya Award di tahun yang sama

Alur cerita dan plot film animasi ini mengingatkan kita kembali pada karya karya ekstrim klasik Richard Adams terutama Watership Down dan The Plague Dogs, Film antropomorfik selau menampilkan kisah penciptaan fiktif bagaimana seperti kelinci di watership down maupun beruang di kisah ini bisa dengan cara tema renainsance kuno yang menjadi kunci utama transisi film ini, menjadi sebuah bukti visual sebagai perang suci gaya spanyol kuno yang terjadi.

Untuk pembuatan animasinya jangan kaget bahwa ini di gambarkan dengan 2D tapi bukan lewat pensil dan canvas seperti di gambar dengan tangan dan kertas tapi lewat tool pensil di software 3D blender, tentu ini adalah gaya animasi visual modern baru yang di hadapi oleh alberto sendiri selaku sutradara. Tapi sekali lagi jika anda tidak kuat dengan visualnya karena banyak sekali adegan yang sudah sering kita lihat di kartun adult swim yang mayoritas dewasa seperti darah, hal hal warna streompfik lainnya tolong tidak menonton film ini terutama adanya adegan bunuh diri dan pembantaian ala G30SPKI.

Masalahnya cerita animasi fabel yang menampilkan tema yang gelap, sakit dan pilu sebagai makhluk atau binatang jarang sekali di tampilkan di publik. Banyak karya karya furry di luar negri sana terutama karya penggemar (fanworks, fan arts dan masih banyak lagi) rata rata di kerjakan secara stand alone dan  komunitas secara berpihak dan jarang sekali ada perusahaan besar mampu mengangkat ini menjadi  sukses. Misalnya Sinopsis film ini diawali dengan menjelaskan menggabungkan Bambi dengan Apocalypse now. Bambi kita tahu tentang seekor rusa yang bertahan hidup dari pemburu dengan apocalypse now tentang film perang yang harus berurusan dengan seekor rusa yang harus mereka buru karena mereka duluan yang mengambil hutan atau tanah kelahiran mereka.

Sebagai Penulis film furry, tidak luput kita membahas fanserice sebagai sebuah humor satir. Film yang menampilkan setting tema di perang abad renaninsance injil fiktif ini, menggambarkan para cadet dengan propagandanya yang menggebu gebu di rekrut dengan makian dan hinaan ala tentara yang baru masuk dalam kemiliteran pada umumnya, tapi yang namanya tentara kalah sedang dalam barrack nya selalu melakukan keanehan. ……harus melakukan gaya imut dan lucu di hadapan para cadet menampilkan cinta sesama para beruang walau mereka membenci unicorn. ini di percaya bahwa bible yang di pegang pastur selalu berbentuk cinta dan berlambangkan mata manusia di tengah, ajaran ini adalah wahyu yang di turunkan dalah buku yang selalu di pegang pastur sampai akhir hayatnya. dan sejumlah hal hal yang di kira membuat kita merasa seperti oang gay seperti bagian mengobati kaki yang di gigit ular.  Kami juga kadang berpikir kenapa ukuran beruang dalam film ini lebih kecil dari kuda unicorn yang mereka bahkan berperang dengan tubuh macam kurcaci melawan makhluk berkaki empat raksasa, apakah ini sebuah metafora spesies manusia modern homo erectus ukurannya lebih kecil dari nenek moyangnya? 

Di sulih suara dengan gaya nama dan bahasa yang lucu, drama yang di bangun dalam film ini kadang membuat kita terpikir bahwa yang namanya kualat atau karma bisa terjadi. Siapapun yang terbunuh karena iri dan dengki juga kekuasaan telah terdocterin yang ingin membuatnya langsung melancarkan perang, akan menjadi karma pada suatu saat. Kisah yang penuhi dengan agama dan kesucian ini yang mengambil refrensi pada perang salib suci santo kuno menjadi sebuah ujung akhir sebagai sebuah hidayah yang di sampaikan dengan versi furry. Ketika manusia memberikan wahyu nya kepada binatang yang menjadikannya sebagai makhluk antromorfik yang maju. Mereka menggunakan pengetahuan dari katerdal kuno menjadikan alat untuk membenci binatang lain yang lebih keji kepada ras lain bukan sebagai membantu dan menciptakan persamaan dan perbedaan hewan lain tapi saling membunuh dan mengkanibalisasi.

Di bawah beruang yang suka diemong dan unicorn terletak sebuah film mentah, sangat kejam, dan sangat nyata yang berhubungan dengan tema-tema seperti iri hati, frustrasi, perang, kebaikan hati, dan kebencian. Diakhiri dengan pesan yang menghancurkan

Ini bukanlah film yang sudah biasa kita tonton dan tebak akhirnya menjadi happy ending, apakah adik dari azuline menolong seekor anak unicorn bisa menyalamatkan pertempuran besar antar kedua belah pihak?. Tidak, Manusia mmenurunkan azab pada peradaban mereka. Akhir film yang mungkin akan membuat penonton Bingung bagi menonton film dengan sudut pandang kacamata orang biasa, adalah sebuah representasi keburukan dan tamak dari adaptasi film pendek yang di ciptakan.

Unicorn Wars: Dendam, Agama, Perang Suci dan Furry. Sebuah kebalikan rasis dari Zootopia.

Unicorn wars adalah sebuah film horror bukan hantu dan sadis di tahun 2022 yang tidak terlupakan khususnya jika anda menyukai hal hal seperti yang kita jelaskan, film ini sudah di putarkan di negara asalnya spanyol 21 oktober seminggu saat pemutaran di Indonesia. Jika anda suka dengan karya Alberto Vázquez yang saat ini masih di gadang gadang sebagai Hayao Miyazaki nya di Spanyol ini. bisa menonton film animasi pendek berjudul “Homeless Free” secara gratis untuk mengerti karya sinematik dan seni beliau yang tidak bisa kalian jelaskan lebih banyak dari yang kita bahas sebelumnya.

Martini Tini

Martini Tini

Hanya orang yang masih betah sama yang dia buat dan suka

Artikel Terkait