KUTUBUKUKATUN-Flint, seorang guru asal Utah, Amerika Serikat rela memutuskan untuk terbuka tentang minatnya sebagai furry di luar ruang kelas ketika mengajar, dan hal ini menyebabkan kegemparan di sosial media. Wanita berusia 22 tahun ini mengungkapkan bahwa dia menikmati berdandan seperti hewan kartun furry dan mengidentifikasi diri sebagai hewan tersebut, serta menjelaskan mengapa orang tidak boleh menilai cara hidupnya.
Diberitakan New York Post, Jumat (22/9/2023), Flint memakai kostum naga yang menamai spesies fursona dirinya sebagai Naga Malaikat Belanda. Dengan kostum naga berukuran besar, ia akan berkelana dan kenalan kepada sesama fursona lainnya atau juga orang orang dia kenal. “Saya tidak banyak membicarakannya,” kata Flint . “Hanya karena sayangnya masih ada konotasi negatif terhadap hobi.” Menurut gurunya, media memberikan terlalu banyak kontribusi negatif seputar furry. “Sejak awal berdirinya fandom, sudah ada informasi yang salah. TV dan media belum paham apa hobi kami lalu berasumsi dan memproyeksikan hal lain ke kami,” imbuhnya.
Fenomena furry merupakan fenomena yang dilakukan orang dengan ketertarikan terhadap hewan antropomorfik atau hewan dengan kualitas seperti manusia. Orang yang melakukan furry akan membuat karakter binatang mereka sebagai avatar atau representasi dalam komunitas. Karakter ini dikenal dengan sebutan furpersona. Furpersona dapat diambil dari berbagai binatang. Contohnya, anjing, kucing, reptil, burung, binatang buas, atau bahkan makhluk mitos. Para pelaku furry menunjukkan fursona mereka melalui seni, tulisan, identitas online, maupun pembuatan fursuit. Ini merupakan kostum rumit yang menggambarkan karakter hewan pilihan mereka. Mereka akan memakai kostum fursuit lengkap, termasuk telinga, ekor, atau sarung tangan binatang.
Menurut Penelitian dari Kevin J Hsu dan J Michael Bailey membuktikan bahwa beberapa orang melakukan furry karena mengikuti orientasi seksual mereka. Dikutip dari situs Perpustakaan Obat Nasional AS (NLM), beberapa pelaku furry melakukan hobinya karena termotivasi secara seksual. Mereka memiliki fantasi mengubah diri menjadi individu yang sama dengan karakter yang dianggap menarik secara seksual. Orang tersebut akan mengalami ketertarikan dan gairah seksual saat berfantasi menjadi hewan. Karena itu, mereka jadi sering mengubah penampilan dan perilakunya menjadi lebih mirip hewan.
Meski terlihat aneh atau bahkan negatif, Furry Tidak Selalu Negatif. profesor studi pembangunan sosial di University of Waterloo Ontario, Kanada, Sharon Roberts memastikan furry sebagai komunitas yang aman, ramah, dan tidak menghakimi. Roberts sendiri merupakan anggota pendiri Proyek Penelitian Antropomorfik Internasional (IARP) yang dibentuk untuk mempelajari fenomena ini. Menurut dia, penelitian justru membuktikan orang-orang yang melakukan furry bisa menciptakan lingkungan positif yang bermanfaat. “Fursona adalah representasi diri seperti avatar yang dibuat oleh furry. Mereka biasanya dijiwai dengan atribut positif dan sering kali merupakan versi diri yang diidealkan,” jelas Sharon Roberts Selaku pendiri furscience, dilansir dari ABC News. Roberts juga mengungkapkan, identitas buatan dalam fenomena furry bermanfaat bagi pelakunya. Mereka menjadi lebih percaya diri. Sangat disayangkan bahwa komunitas furry masih menanggung (beberapa) gambaran negatif media dan kesalahan persepsi publik sebagai orang yang menyimpang, karena kebenaran dari komunitas yang luar biasa dan tangguh ini jauh lebih menarik,”
Selain Guru Flint Juga Seorang Fursuit maker, pembuat kostum furry atau fursona yang mematok harga secara online sebesar 1.200$.
#Amerika Serikat #Flint #Furry #Fursona #fursuit maker #J Michael Bailey #Kevin J Hsu #naga #Naga Malaikat Belanda #Sharon Roberts #Utah