Film animasi terbaru Disney Raya and the Last Dragon telah dirilis, demi menyuguhkan suasana Asia Tenggara yang kuat di Kumandra, tim Raya and the Last Dragon menjelajah berbagai negara di kawasan tersebut, termasuk Indonesia.
Para ahli dari masing masing negara di Asia Tenggara di tunjuk Disney untuk mempelajari budaya-budaya di masing-masing negara. Untuk Indonesia, kru Raya and the Last Dragon melibatkan Griselda Sastrawinata menjadi pengembang visual. Sejumlah pegiat budaya Indonesia, seperti Dewa Berata dan Emiko Susilo, juga menjadi bagian dari tim konsultan, khususnya dalam ranah budaya, tari, upacara tradisional, hingga musik gamelan. Setelah berbagai riset yang dibuat, tim Disney merasa sangat terkagum karena kekayaan budaya di Asia Tenggara.
“Satu hal yang membuat tim sangat terharu dan tergerak untuk mengangkat hal-hal di Asia Tenggara adalah rasa kebersamaan yang mereka dapatkan selama perjalanan itu. Makna kata ‘kami’ yang lebih penting dari ‘saya,'” ujar produser Raya and the Last Dragon, Osnat Shurer, seperti dikutip The Hollywood Reporter.
Selain menawarkan keramahan, negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga memiliki keindahan alam dan beragam hal menarik yang patut diangkat ke dalam dunia fantasi.
“Sangat dalam dan lengkap sehingga mereka kembali dan kami mulai menyelami juga keindahan lainnya, teksturnya, kainnya, makanannya. Itulah dasar inspirasi di balik dunia fantasi Kumandra ini,” ucap Shurer.
Unsur budaya Asia Tenggara juga ditampilkan dalam senjata Raya. Senjata ini merupakan ide dari sang penulis skenario, Qui Nguyen, yang juga seorang koreografer silat.
Ia membekali Raya dengan tongkatArnis yang ia gunakan saat membela diri di masa kecil. Bela diri itu pun terinspirasi dari pencak silat. Nguyen juga melengkapi Raya dengan pedang yang terinspirasi dari keris.
Suasana pasar terapung di Tanah Talon juga terinspirasi dari pasar terapung dan pasar malam yang dikunjungi tim Disney di seluruh Asia Tenggara.
“Apakah pasar di Laos, Thailand, atau Indonesia, Anda akan melihat kepadatan kios dan energi hingar bingar. Itulah mengapa Anda melihat banyak gerakan, lampu, orang, anak-anak, orang tua, makanan, aroma, semuanya,” kata Arounsack.
“Meskipun Kumandra adalah dunia fantasi yang fiktif, kami merancang Kumandra agar tetap dinamis dan menggambarkan kehidupan sehari-hari yang begitu dekat dengan masyarakat di Asia Tenggara. Kami ingin memberi penghormatan kepada budaya yang menginspirasi cerita dan dunia Kumandra ini,” ujar Estrada dalam siaran pers.
Raya and the Last Dragon telah tayang di bioskop Indonesia sejak 3 Maret yang lalu. Di negara lain juga telah merilis nya dibioskop serta Disney+ lewat Premier Accses.
Sumber: CNN Indonesia dan Hollywood Reporter
#DIsney #Raya and the Last Dragon