Melestarikan musik disney di indonesia bersama frostudio chambersonic wawancara eksklusif

Selasa, 23 Agustus 2022, 3:53 - 17 Menit, 11 Detik Membaca

Melestarikan musik disney di indonesia bersama frostudio chambersonic wawancara eksklusif

Kebby: Hi saya Kebby Kubuka dan saat ini aku sedang berada di sebuah ruangan konser musik atau yang biasa dikenal dalam bahasa inggris disebut ‘Concert Hall’.

Kali ini aku akan mewawancarai seekor konduktor orkestra dan pengarang musik orkestra bernama Frostudio Chambersonic. Perlu diketahui, ia adalah salah satu pengarang dari instrumental musik berbagai film animasi dan salah satunya adalah musik dari film animasi Disney terkenal baik klasik hingga modern. Salah satunya adalah Encanto versi cover orkestra dengan aransemen ala musik klasik dengan mengusung tema ‘Epic Majestic Orchestral’

Dari setiap video lagu gubahan yang kami cari, hanya inilah. ‘The Fifth Spirit Overture Elsa Theme’ yang paling banyak viewersnya sampai 1 juta penonton!

Langsung kita sapa saja Rasyad Dewantara, perwakilan dari Frostudio Chambersonic. Selamat pagi Rasyad

Rasyad: Selamat Pagi Kebby! Salam kenal!

Kebby: Oke, bagaimana sih awal Rasyad menciptakan Frostudio Chambersonic? 

Frostudio Chambersonic berawal dari keresahan saya ketika menerima commission project dari klien-klien saya. Di industri musik dengan gaya aransemen yang saya miliki terdapat istilah ghostwriting / ghost composing. Singkatnya, ghostwriting berarti membuat/menulis komposisi musik untuk kemudian dijual lepas secara anonim kepada pihak perseorangan ataupun individu untuk dibuat kembali dan klien berhak menggunakan dan menyematkan hak cipta pada master copy.

Meski ghostwriting merupakan salah satu “jalan pintas” untuk masuk ke industri, saya seringkali kecewa dengan bagaimana perlakuan industri terhadap nasib komposisi yang sudah saya buat diakui sebagai karya orang lain. Karena itu saya bertekad membuat nama saya sendiri dengan gaya spesifik dan seunik mungkin, mengenalkan hasil karya saya kepada dunia dengan nama Frostudio Chambersonic, yang berasal dari Frost, Studio, Chamber, dan Sonic.

Frost berarti embun beku yang terinspirasi dari karakter Disney’s Frozen, Elsa, karena pada saat perintisan ada banyak cerita di balik ghostwriting yang bersamaan dengan rilisnya trailer Frozen II. Chambersonic artinya ruang suara. Sesimpel istilahnya, di ruang kamar saya sendirilah saya membuat komposisi.

“I would like to let people recognise my works through compositions without telling them I made it”

Kebby: Bagaimana Anda bisa mengcomposeri atau mengarang musik orkestra?. Apakah harus menjadi arranger seperti Dj atau kondektur orkestra terkenal. 

Tidak perlu menjadi DJ atau konduktor! Memiliki kemampuan fundamental memainkan alat musik dan memahami antarmuka software yang digunakan-DAW (Digital Audio Workstation)- adalah bekal cukup menjadi media composer. Tentunya diiringi dengan proses belajar yang berkelanjutan. Idealnya, mempelajari teori musik dan pengetahuan umum tentang harmonisasi nada, dan berlatih instrumen musik seperti piano, gitar, biola, akan sangat membantu. Dan hal yang pasti untuk mendengarkan referensi musik-musik berbagai genre untuk memperluas wawasan dan persepsi terhadap komposisi dari hasil karya orang lain dan kita sendiri.

Proses mengarang musik orkestra saya adalah proses kreatif yang meliputi “analyse, replicate, deny, adopt, recreate” (analisis, tiru, bantah, adopsi, buat ulang). Tidak hanya berlaku untuk cover, namun juga lagu-lagu original. Saya selalu mencari referensi, mencari tahu musik apa yang berhasil mencapai tujuannya untuk dianalisis. Kemudian saya mencoba untuk meniru dengan memainkannya di piano atau gitar (replicate), membantah sebagian elemen dari referensi yang saya gunakan dan memberikan kelebihan saya pada bagian tersebut (deny), mengadopsikan elemen-elemen yang telah dianalisis (adopt) untuk kemudian membuatnya menjadi hasil karya baru (recreate). Hal ini merupakan prinsip dasar desain yang saya pelajari ketika menempuh kuliah arsitektur.

“…and yes, I am actually an architect!”

Kebby: Bolehkah kami Bagikah kisah proses terbuatnya versi kover aransemen dari ‘We don’t talk about bruno’ dan ‘Waiting on a miracle’ yang digunakan untuk film Disney Encanto? . Jujur musik ini sangat bagus karena arransemennya sempat ternotis ku ketika ku lagi di fan sosial media disney luar negri, dan sadar bahwa musiknya di kerjakan oleh orang indonesia.

Pertanyaan menarik! We Don’t Talk About Bruno (WDTAB) dan Waiting on A Miracle (WoAM) dibuat dengan metode yang sama. Keduanya menerapkan konsep Aperture vs. Level of Intimacy. Sedikit analogi, Aperture adalah istilah fotografi pada kamera untuk menjelaskan keadaan bukaan diafragma. Elemen ini mengatur fokus dan jumlah cahaya yang masuk. Bayangkan Kebby lagi foto-foto, Kebby bisa atur seberapa blur background dan memilih untuk fokus ke mana serta mengatur seberapa terang/gelap foto tersebut. Bukaan diafragma bisa diatur kecil/sempit, atau terbuka lebar!

Dalam orkestrasi, konsep ini diterapkan pada jumlah musisi yang memainkan suatu komposisi dan seberapa rapat alat musik yang mengisi frekuensi menengah-tinggi (e.g.: Cymbals & Hi-hats). Pada WDATB dan WoAM, keduanya diawali dengan alat musik solo dan cenderung terasa sepi yang dikembangkan dan semakin lama, semakin banyak musisi yang memainkan alat musik, solo biola menjadi strings ensemble, perkusi kecil berkembang menjadi perkusi besar, ada elemen yang semakin naik dan masuk satu persatu. Juga dengan cara mengatur jauh dekat microphone. Jadi pendengar bisa merasakan seberapa dekat mereka dengan alat musik tersebut. Ini yang disebut dengan Level of Intimacy. Sehingga di akhir komposisi, instrumen kecil-kecil yang tadinya terasa sepi berubah menjadi full-sized symphony orchestra yang epik dan megah.

“That’s why it’s called Epic Majestic Orchestral!”

Kebby: Alat musik apa saja yang digunakan dan software musik apa yang di pakai?. pasti mengerjakan ini harus menguasai berbagai macam alat musik bukan.

Alat musik digital! Yes! Semuanya digital. Mereka disebut sampled library atau Virtual Instrument. Pada dasarnya pustaka suara ini adalah alat musik beneran yang direkam not per not, nada per nada, oleh musisi-musisi profesional di studio. Kita bisa dapatkan dengan cara membeli atau berlanggan. Saya menggunakan DAW FL Studio sejak tahun 2009, dan untuk peralatan, saya menggunakan Piano NI Komplete Kontrol S-88, atau bisa disebut juga MIDI controller, jadi meski bentuknya piano, bisa saja digunakan untuk memainkan suara lain selain piano seperti biola atau flute. Ada juga Fader dan Control Surface, bentuknya seperti slider volume di Handphone, fungsinya untuk mengatur gain, dynamics, volume, dan lain-lain. Dan tentu saja Desktop PC dengan spesifikasi yang cukup tinggi untuk memainkan ratusan alat musik dalam satu waktu.

https://www.youtube.com/watch?v=PioeeX5LjGY
Hal seperti ini mengingatkan kita pada komposer sekaligus musisi bernama brad breeck bagaimana cara membuat musik instrumen di kartun gravity falls dan kartun lainnya.

Tapi haruskah menguasai berbagai macam alat musik? Ga harus! Cukup menguasai satu macam alat musik. Nilai plus jika bisa menguasai alat musik lain. Kita tidak dituntut untuk menguasai alat musik tersebut, tapi justru kita harus kudu wajib memahami cara seorang musisi memainkannya dan pengaplikasiannya pada komposisi orkestra. Hal tersebut membantu untuk membuat komposisi yang kita buat agar terasa lebih nyata dan dapat diterima oleh pendengar dan musisi sekalipun. Penting juga untuk memahami software dan antarmuka alat musik digital itu sendiri, karena alat musik digital memilik banyak limitasi atau batasan-batasan yang jika tidak bijak dalam menggunakannya, akan terasa kaku, seperti dimainkan sama robot!

“I’m not even good at piano, but the goal is not about how good I am at piano. It is all about sharing my thoughts and feelings to the universe, through music, with or without piano”

Kebby: Berapa lama waktu yang diperoleh untuk menyelesaikan proyek raksasa orkestra ini di setiap karya anda?. misalnya saya lihat anda penggemar berat musik dari video game genshin impact yang musiknya mengingatkan kita pada macam open world rpg atau disney yang bagaikan film fantasi. 

Dalam hitungan jam, sebuah orkestrasi selesai dalam waktu kurang lebih 18 jam, tapi jujur saya masih ini manusia normal, suka nunda-nunda, jadi 18 jam ini dibagi menjadi 2-3 hari, tergantung berapa lama juga saya tidur siang. Hehe. Tapi yang pasti juga tergantung seberapa padat pekerjaan lain yang sedang saya lakukan.

Walaupun pengerjaan musik sangat lama, tapi Karya karya nya bisa kalian dukung dalam donasi lewat Patreon. anda akan mendapatkan benefit dengan kualitas audio tinggii dari karya aslinya yang anda dengar di spotify dan youtube.

Meski ada trending, misalkan ada film atau trailer terbaru Disney, karakter baru Genshin, beberapa komposer yang saya kenal akan langsung buat cover nya secepat mungkin. Saya bukan orang yang suka buru-buru membuat komposisi, jadi tetap santai tapi pasti.

“At the end of the day, I prefer to pour my whole feelings instead of getting excited about what’s trending”

Kebby: Apakah Frostudio Chambersonic berafiliasi dengan pihak lain yang berkaitan dengan orkestra?.  saya dengar anda juga mengerjakan project pekerjaan dari klien luar negri selagi anda juga sesekali luangkan waktu mengupload karya yang anda suka buat.  

Frostudio Chambersonic memiliki label yang saya buat sendiri yaitu Chambersonic One. Seringkali kami menerima project-project teatrikal untuk membuat mockup aransemen pit orchestra untuk tujuan khusus, misalnya mockup yang pernah saya kerjakan adalah untuk pertunjukan parade di Disney World, ataupun bekerjasama dengan penyelenggara seni teater di UK. Dan project yang baru-baru ini untuk pembuatan mockup 1:1 Test Drive dari film How to Train Your Dragon oleh salah satu perusahaan musik di Prancis.

Di tengah kesibukan tersebut, saya meluangkan waktu untuk mengupload karya di YouTube. Namun YT channel ini merupakan sarana bagi saya untuk menyalurkan hobi. Alih-alih memisahkan pekerjaan dan hobi, sehingga isi dari Youtube channel ini lebih bebas dan ekspresif, tidak terbatas oleh permintaan klien meski seringkali klien melihat ini sebagai portfolio.

“My YouTube channel is my escape from the industry while ironically being in the industry. It’s mostly for myself, yet the music is for the people, as a way for me to connect with them.”

Kebby: Apa Anda tertarik untuk mengundang relawan yang bisa nyanyi lagu disney atau appun di Frostudio chambersonic untuk karya musik kolaborasi?. ini pertanyaan yang menarik untuk kita bahas, Biasanya penggemar disney di indonesia selalu di awali dengan pengetahuan film, cerita dan banyak lagi. padahal disney bisa di gali dengan sudut pandang manapun yang belum pernah di bahas orang di dunia termasuk indonesia seperti musik salah satunya.

misalnya kita lihat kenapa musik di anime selalu di gali oleh komunitas atau pecinta anime jepang,ambil contoh macam studio ghibli misalnya. padahal saya sangat sekali ada orang yang bisa kita ajak bicara untuk membahas musik dari karya film atau animasi juga kartun dari barat. jadi inilah kenapa kita jarang sekali ada komunitas disney yang besar di indonesia yang mempunya segala bidang dan bisa berkarya, dan kita berharap bisa mengfokuskan dengan tema highlight dari karya penggemar dan masih banyak lagi ketimbang bisa menggambar ataupun bercosplay dan lainnya. 

Berkolaborasi dengan sesama seniman, tidak hanya penyanyi, tidak terbatas pada musisi, bahkan pelukis atau visual artist pun saya dengan sangat antusias menantikan hal tersebut. Berkolaborasi berarti menambah teman di perjalanan, semakin ramai di perjalanan, semakin saya menikmati perjalanan tidak peduli sejauh apapun perjalanan tersebut. Menjadi seorang media komposer merupakan perjalanan seumur hidup yang tidak tentu tujuannya. Tidak ada istilah pensiun bagi seorang musisi atau komposer. Jadi kalau bukan untuk menikmati perjalanannya, untuk apa lagi?

Menambah teman untuk berkolaborasi di Indonesia merupakan sebuah keinginan besar! Saya sangat menyukai dongeng-dongeng Disney karena saya tumbuh besar bersamanya. Saya tumbuh besar bersama Aladdin, Mulan, Woody dan Buzz, Timon, Pumba, Simba, dan karakter-karakter dari negeri dongeng. Mereka menginspirasi sebagian besar hidup saya. Namun patut diakui tidak banyak teman saya yang menyukai Disney dan betul apa yang Kebby katakan, pada umumnya masyarakat di Indonesia tidak memiliki minat besar terhadap hal-hal tersebut.

Menurut pengalaman saya, salah satu hal yang membuat masyarakat di Indonesia belum berminat dengan dongeng dari Barat adalah karena banyak dari mereka yang ga relate dengan tokoh-tokoh tersebut. Sesimpel karena tokoh-tokoh itu datang dari Barat. Anime jepang lebih diminati karena banyak hal yang mudah dicerna oleh masyarakat kita, budaya Asia, budaya Timur relate banget karena kenyataannya, Indonesia adalah bagian dari negara Timur dengan budaya Asia.

Salah satu perbedaan umum antara Barat dan Asia adalah gairah inovasi. Budaya Barat sangat mengedepankan inovasi, mereka menuntut perubahan dari masa ke masa dan beradaptasi dengan inovasi tersebut, terlihat dari perilaku Disney yang senantiasa berinovasi dengan kualitas animasi mereka dari tahun ke tahun. Sementara budaya Asia adalah budaya santun yang menjunjung tinggi kultur sehingga cenderung konservatif, vernakular, dan menolak inovasi. Mereka lebih memilih memelihara apa yang sudah ada di masyarakat.

Jadi mungkin untuk bisa mengenalkan sudut pandang Disney di Indonesia adalah dengan cara menggabungkan elemen inovasi sambil tetap memelihara budaya lokal. Hal ini saya lakukan dengan cara membuat Archipelago Series: Kartini dan Bagimu Negeri Epic Orchestral dengan gaya trailer film barat namun tetap memberikan sentuhan tradisional dengan menambah elemen gamelan dan angklung ke dalam komposisi.

Apakah saya sangat tertarik untuk kolaborasi? Ya! Berkolaborasi berarti semakin banyak teman-teman peminat kisah-kisah Disney di Indonesia. Jangan menunggu keajaiban untuk memulai, jadilah keajaiban, ajak teman-teman kita untuk berkarya.

“Let’s be part of the magic. Be yourself, because the miracle is you.”

Kebby: Industri musik saat ini sangat berkembang di era industri 4.0, apakah Frostudio Chambersonic menjawab perkembangan tersebut? .  alasan kami bertanya ini adalah kita tahu bahwa seperti topik kita sebelumnya tentang komunitas jepang.

Banyak acara di indonesia yang mementaskan lagu atau musik jepang, sayangnya kita tidak pernah bisa melihat ada sebuah acara yang mementaskan lagu atau musik disney atau soundtrack kartun dan animasi barat karena kata orang tidak ada pasarnya, tapi menurut kami salah.  jika suatu saat ada yang berani melakukannya, apa persiapan mereka untuk menciptakan sebuah pagelaran musik festival yang mengangkat tema ini, dan bagaiman mencari talentanya. 

Frostudio Chambersonic sudah berada dalam industri 4.0. Ini adalah industri perkembangan yang sangat pesat, dimana teknologi dan informasi menuntut kita untuk beradaptasi dengan cepat di dalamnya. Salah satu contoh kecil yang saya terapkan adalah produksi orkestra di studio dengan instrumen digital. 20 tahun yang lalu, instrumen digital dipandang sebelah mata. Banyak orang mengatakan alat musik tersebut palsu, tidak natural, dan menghancurkan karir seorang musisi. Namun industri 4.0 menuntut kita dengan hasil karya dengan jumlah yang sangat banyak dalam waktu yang singkat. Keadaan itulah yang memberi kesempatan pada alat musik digital untuk masuk ke dalamnya. Ia memenuhi dan mengisi demand industri 4.0. Semakin dibutuhkan, semakin cepat informasi tersebut tersebar, semakin banyak orang mengerti instrumen digital, dan semakin banyak orang yang memahami keberadaannya. Informasi tersebut sampai karena volume yang tinggi, kecepatan, dan kemudahan akses informasi ke masyarakat, terutama para komposer dan calon komposer. Salah satunya lewat media sosial.

Chambersonic one juga merilis karya konten original nya sendiri.

Di samping fakta-fakta tentang “relatable contents” yang dipaparkan di pertanyaan sebelumnya, saya setuju dengan Kebby. Bukan berarti di Indonesia tidak ada pasarnya, namun karena volume, kecepatan, dan kemudahan akses terhadap konten Disney di Indonesia masih terbatas. Misalnya, masih belum ada Disney Store untuk membeli merchandise Disney di Indonesia, jika dibandingkan dengan toko koleksi action figure anime yang sudah banyak sekali tersebar. Padahal dengan adanya Disney Store, masyarakat bisa mengakses barang koleksi dan informasi dari film-film Disney. Tetapi jika pun ada, harganya cenderung mahal. Mahalnya harga menyebabkan berkurangnya kemudahan akses masyarakat untuk mendapatkan barang koleksi Disney.

Berita baiknya, Disney sudah mencoba mencari peminat di Indonesia dengan memberikan konten yang relatable lewat film animasi Raya and The Last Dragon. Kemudian ditayangkan di Disney+ yang baru-baru ini masuk di Indonesia. Harga berlangganannya pun terbilang berada tepat di dalam daya beli masyarakat jika dibandingkan dengan Netflix dan HBO-GO. Mereka juga memasukkan konten yang diminati oleh pelanggannya di Indonesia, seperti drama korea dan film-film tanah air. Hal ini menunjukkan harus ada tarik ulur dan unsur tidak memaksa untuk mengajak masyarakat meminati konten Disney itu sendiri. Karena yang terpenting adalah membuka pintu gerbang agar orang yang lewat bisa mengintip ke dalam sembari mereka berjalan. Cepat atau lambat, mereka yang berminat akan masuk dan orang yang sudah berada di dalamnya akan semakin banyak. Dan kita akan menemukan talenta-talenta diantara mereka. Kita adalah salah satunya. Saya merasa semakin hari peminat Disney semakin banyak di Indonesia, dan hanya akan semakin ramai ke depannya. Membuat musik cover Disney merupakan salah satu dari banyak cara untuk menambah volume dan kemudahan akses bagi masyarakat, begitu pula dengan wawancara ini. Bukankah Kebby mau melakukan hal yang sama?

Sama seperti analogi alat musik digital tadi. Kita masih harus mencari letak kebutuhan masyarakat akan hiburan Disney dan memberikan kemudahan untuk mengakses agar dapat dan cepat diapresiasi oleh masyarakat.

“Sooner or later, the Disney fandom will get popular here in Indonesia. Because in numbers, it will only get crowdy. So we just need to keep moving forward with what we love about it”

Kebby: Apakah anda bekerja sendri, jika tidak  Berapa relawan yang saat ini terlibat di Frostudio Chambersonic? Misalnya apakah itu termasuk sound engginer atau apa. Jika seandainya anda punya banyak, apa saja keahlian mereka dalam melakukan orkestra dan bagaimana Anda mengorganisir mereka?

Frostudio Chambersonic hanya memiliki saya sendiri sebagai komposer. Tapi Chambersonic One terdiri dari 3 orang termasuk saya sendiri. Terdiri dari komposer + sound engineer, project manager, dan content manager.

Semua komposisi dan yang berhubungan dengan hasil akhir sebuah master merupakan tanggung jawab komposer. Project manager mengatur segala keperluan project dan scheduling terhadap pekerjaan commission dari klien. Sementara content manager mengatur distribusi komposisi ke platform seperti Spotify dan mengatur perlindungan hak cipta.

“The whole orchestra is on the tip of my fingers. The scoring stage is just a seat away from my bedroom”

Kebby: Apakah frostudio chambersonic pernah berkolaborasi dengan klub orkestra lain? , jika tidak pernah lalu siapa yang anda harapkan untuk berkolaborasi?

Sejauh ini, biasanya kolaborasi diselenggarakan oleh pelaku akademik. Baik Guru maupun siswa di beberapa sekolah dari mancanegara seringkali meminta beberapa hasil karya saya untuk dianalisis dan dibawa ke pertunjukan orkestra di lingkungan akademiknya. Belum ada kolaborasi dengan klub orkestra tanah air. Mungkin kalau harapan, ingin suatu hari bisa berkolaborasi dengan Bandung Philharmonic atau Jakarta City Philharmonic dari tanah air. Kalau dari luar negeri, saya ingin sekali kolaborasi dengan Audiomachine dan Air Studio Lyndhurst.

Kebby: Apakah anda punya pekerjaan yang tidak terlibat dalam karya cover anda misalnya frostudio chambersonic mengerjakan musik iklan ternama?. 

Pekerjaan paling banyak datang dari studio rekaman dan pelaku teater. Sejauh ini belum ada iklan ternama yang menggunakan nama Frostudio Chambersonic. Sayangnya dalam industri ini, dan sebagai media komposer muda, banyak project yang menuntut NDA (Non-disclosure Agreement), sehingga saya tidak bisa berbicara banyak tentang project apa saja yang dikerjakan. Hal ini merupakan budaya membangun reliabilitas dan kepercayaan pada perusahaan-perusahaan agar nanti ketika kelak menjadi senior, saya dapat kepercayaan penuh untuk merahasiakan sebuah project. Kan ga enak ya kalo nanti mau ada film baru terus komposernya ember ngasih spoiler sembarangan, padahal filmnya baru tahap produksi.

Kebby: Jika seandainya banyak yang mengcover lagu disney di indonesia sebanyak lagu anime Yakinkah bisa terciptanya project besar di Indonesia khususnya musik orkestra bisa memajukan penggemarnya? 

Yes! Sudah pasti. Tapi ga cukup sampai di cover lagu Disney. Ada hal lain yang perlu kita dukung, seperti seni teatrikal kisah-kisah Disney, Animasi 2D dan 3D yang lagi berkembang pesat di Indonesia! Mereka layak kita dukung dan bersamaan dengan itu akan selalu ada musik yang mengiringi. Kedua hal tersebut sangat erat hubungannya dengan musikalisasi, dan seperti yang sudah kita ketahui, Disney musikal akan selalu menjadi bagian dari referensi.

Kita akan rehat sejenak dan memulai untuk membuka QNA yang sudah di kami tampung.

Kebby: Sepertinya saya cek ternyata tidak banyak pengikut saya kenal tentang anda. mungkin karena anda lebih banyak orang tahu nya di luar negri, sehingga saya meminta orang di tim saya untuk memberikan opini pertanyaan tentang anda. Salah satunya adalah ada tukang komposer yang bertanya tentang anda.

dari azkamuhammad.a:  Anda hebat, jadi apa project selanjutnya?

Project selanjutnya masih belum bisa ditentukan, paling tidak sampai event D23 tanggal 9 September 2022 nanti. Ada juga project original album yang nantinya akan menjadi karya eksklusif sekaligus tools bagi studio-studio trailer film. Jadi nantinya lebih ke arah musik trailer daripada musik pada umumnya.

dari bung fajar: dimana situs bagus buat daftarin hak cipta lagu, atau tanya dia kalau daftarin hak cipta lagu itu bagaimana?

Indonesia punya lembaga hak cipta WAMI. Kita bisa meregistrasikan musik kita untuk perlindungan hak cipta ke lembaga tersebut dan mendapatkan ISRC (International Standard Recording Code) dan royalti dari setiap lagu yang diputar. Tapi banyak juga distributor musik / label musik yang menawarkan ISRC dan perlindungan hak cipta meski tidak seperti WAMI. Saya sendiri mendistribusikan musik saya melalui salah satu distributor swasta tanah air seperti Netrilis Indonesia dan distributor dari luar negeri untuk kebutuhan khusus di TuneCore.

dari Ilyas karim:  Apakah dalam pembuatan aransemennya menggunakan instrumen yang asli?

Asli tapi palsu tapi asli! Instrumen yang digunakan adalah virtual instrument yang sound samplingnya merupakan hasil rekaman profesional di studio menggunakan instrumen asli. Mereka melakukan rekaman untuk setiap not nada yang nantinya dimasukkan ke setiap tuts piano melalui software Kontakt, sehingga kita bisa memainkan alat musik yang mereka persis mainkan di studio.

dari ali akbar: Selain genshin impact, seberapa banyak anda suka video game?. saya baru mendengarkan versi gubahan lagu anda yang terbaru dari soundtrack ori and blind forest dan saya suka sekali dengan gamenya. jika saya sarankan, kedepannya cobalah gubah lagu deltarune atau undertale atau game retro kekinian lainnya.

Terima kasih banyak atas apresiasinya! Ketertarikan saya dengan game sudah ada sejak saya masih kecil, saya tumbuh besar bersama game-game seperti Crash Bandicoot, Final Fantasy, hingga game kini seperti Nier: Automata / Replicant, dan Genshin. Akhir-akhir ini memang sedang coba-coba buat cover game soundtracks, jadi kita lihat nanti ya!

Terima kasih banyak Kebby sudah memberikan kesempatan buat Frostudio Chambersonic mengenalkan epic music ke teman-teman di tanah air. Untuk promosi, kali ini saya sedang tidak memungkinkan untuk menerima jasa sebagai komposer menimbang padatnya jadwal, jadi belum ada rencana untuk melakukan promosi. Pun biasanya beberapa perusahaan menghubungi langsung menghubungi melalui LinkedIn ataupun email. Saya sudah berada di Indonesia sekarang, tapi masih mengerjakan pekerjaan secara remote working untuk beberapa bulan ke depan.

Terima kasih kembali, semoga Sinyal Kartun semakin sukses mengedukasi dan senantiasa membuka wawasan industri kartun. Semoga lain hari kita bersua!

Best,

Rasyad Dewantara Nursiwan

Frostudio Chambersonic

Martini Tini

Martini Tini

Hanya orang yang masih betah sama yang dia buat dan suka

Artikel Terkait