Film Nussa: Sebuah Sentuhan Pertama Visinema Animation Dalam Animasi

Sabtu, 30 Oktober 2021, 2:20 - 3 Menit, 18 Detik Membaca

Film Nussa: Sebuah Sentuhan Pertama Visinema Animation Dalam Animasi

Kesuksesan film “Keluarga Cemara” terbilang sebagai salah satu kembalinya film bertemakan keluarga terbaik hasil adaptasi acara TV di era 90-an yang menyorot problematika keluarga hingga menuju kebahagian. Rumah produksi Visinema Pictures telah menggarap film yang cocok untuk pasar Indonesia dan internasional sejak 2014 yang berawal dari sebuah kantor kecil milik sutradara Angga Dwimas Sasongko. Kesuksesan Visinema terus berlanjut hingga pada 2019 lalu membuka divisi animasi pertamanya Visinema Animation yang mempertunjukan “Nussa” sebagai adaptasi animasi pertama yang menjadi sebuah film fitur panjang pertamanya yang berdurasi 107 menit.

Film yang perilisannya sempat ditunda karena banyak tantangan dan cobaan hingga problematika membuat fans Nussa dan Rara akhirnya bisa melihat seperti apa kisah perjalanan hidup Nussa untuk pertama kalinya. “Nussa” sendiri adalah seri animasi prasekolah yang dibuat dengan durasi 1-3 menit tentang Nussa sebagai tokoh utama bersama adiknya, Rara, yang mengajarkan penonton tentang masalah yang sering dihadapi seorang muslim. Indonesia memiliki banyak sekali seri animasi prasekolah bertema agama, namun hanya Nussa dan Rara saja yang bisa membius penonton karena karakternya yang unik, siapa sangka bahwa Nussa yang sangat perhatian bisa begitu terpana melihatnya mengajarkan kepada Rara yang masih kecil. Hal seperti ini juga menjadi inspirasi dengan tema yang sama seperti “Riko the Series” contohnya.

Ketika Nussa dan Rara diangkat menjadi sebuah film, kita diperlihatkan semua hal-hal yang disukai oleh dua anak sholeh ini dalam hobi kesehariannya. Dimulai dengan Nussa (Muzakki Ramdhan) yang bercita-cita menjadi ilmuwan dan berimajinasi menjadi seorang astronot yang membawa petualangan besar pada teman-temannya seperti Abdul (Malka Hayfa Asy’ari) dan Syifa (Widuri Puteri), juga Rara yang suka bermain dan memberi perhatian jika kakaknya mengalami gundah gulana. Tapi karena film ini berfokus pada Nussa, maka lebih banyak sorotan Nussa yang diambil seperti selalu menang dalam percobaan sains dan digemari anak-anak. Ketika seorang anak tidak selalu sempurna dalam kebahagiaannya, banyak tantangan dan cobaan yang dihadapi. Seperti kedatangan orang yang lebih sempurna dengannya seperti anak baru bernama Jonni (Ali Fikry) yang membuat Nussa merasa tersaingi, hingga kekecewaan pada Abba (Alex Abbad) yang tidak kunjung pulang yang membuat moral Nussa bisa goyah dalam menjalankan amanat islam.

Jika ingin mengajarkan anak anda bagaimana edukasi awal dalam usianya menjadi seorang muslim, maka film Nussa ini cocok untuk ditonton. Dengan menyempilkan pesan moral dalam keseharian, anak bisa mengerti bagaimana rasanya ketika dihadapi cobaan dalam bulan suci Ramadhan dengan tantangan seperti puasa hingga menjaga amarah agar tidak batal puasa. Walaupun Nussa sempat marah ke Umma (Fenita Arie) tapi Umma dengan tetap sabar tidak melawan balik Nussa yang masih 8 tahun. Salah satu yang menjadi contoh panutan hidup adalah jangan berhenti berusaha. Seperti yang diajarkan Abba kepada Nussa tentang Ibnu Firnas, seorang filsuf di abad ke-8 yang berhasil mendemonstrasikan penerbangan dan uji cobanya menjadi inspirasi dunia.

Si Jonni sebagai lawan main Nussa cukup punya karakteristik sebagai anak yang berwibawa. Seperti bergaul dengan sesama anak lainnya, dan membuat anak-anak menjadi suka dengan eksperimen roketnya yang canggih dan tidak kalah dengan Nussa punya. Hanya saja, kelemahan terbesar dalam dirinya adalah ‘perhatian’. Nussa ingin berkenalan dengannya, namun Jonni yang mulai lupa perhatian padanya membuat Nussa menjadi bertambah emosi kebencian yang menjadi ciri kekurangan dirinya. Walaupun mereka berdua hampir sama, mereka akhirnya terjalin hubungan pada sebuah insiden yang membuat mereka bekerja sama di Ramadhan Science Fair. Sampai pada akhir film karakternya justru diperbalik. Dari Jonni yang mulai emosi karena roketnya tidak bekerja, dan Nussa yang perhatian menyerahkan sebuah kunci kemenangannya kepada Jonni. Nussa tidak perlu harus juara pertama, juara apapun yang penting Nussa sudah tetap juara. Genre drama dalam sebuah film animasi ini membuktikan bahwa Indonesia tidak harus memiliki cerita yang mengunggah yang kaya fantasi dan aksi seperti buatan negeri jiran atau luar negeri lainnya. Justru sentuhan film animasi ini menjadi film animasi Visinema Animation yang tidak terlupakan, dan Indonesia justru butuh lebih banyak film animasi bertemakan seperti ini lagi di masa depan.

Sejujurnya, “fantastis yang mengharukan” adalah kata-kata terbaik untuk menggambarkan film “Nussa”. Teaser-teaser yang ditampilkan oleh Visinema sendiri mungkin punya gambaran yang patut ditunggu dalam karya mereka selanjutnya seperti drama usia remaja dalam Keluarga Cemara 2, dan K4NCIL dari Afterlab Pictures sebagai IP kedua divisi Visinema Animation dan sosok suara misterius yang mengganti frekuensi radio yang tidak sengaja terdengar dalam teaser Jumbo sebagai debut penyutradaraan pertama Ryan Adriandhy.

Martini Tini

Martini Tini

Hanya orang yang masih betah sama yang dia buat dan suka

Artikel Terkait